Seperti jaroh sambil mendoakan kepada ahli kubur tetapi dibarengi meminta keberkahan kepada orang yang meninggal yang dianggap sakti, walaupun orang tersebut sudah tiada.
Artinya budaya leluhur kita akan animisme dan dinamisme yaitu percaya kepada roh dan benda berhala, sebagian masyarakat masih melekat, padahal pemeliharaan makom keramat sejatinya untuk ciri saja mengenang orang yang semasa hidupnya telah banyak berjasa.
Selain itu dianggap sebagai warisan cagar budaya, bukan berarti dijadikan tempat memohon, karna sejatinya tempat memohon itu hanyalah ALLAH SWT semata.
Seperti makom keramat Bah Jenggot saat ini yang ada di Kampung Pulo Kanayakan Desa Cirejag Kecamatan Jatisari Kabupaten Karawang.
Keberadaan makam mungkin sudah ratusan tahun, akan tetapi sampai saat ini masih tetap dijaga dan dilestarikan.
Kondisi saat ini bangunan makom nyaris roboh, namun oleh warga dan Kades diperbaiki dibangun kembali dengan cara renopasi tota1. Minggu (16/2/25)
Menurut cerita rakyat sekitar, Bah Jenggot adalah bukan warga pribumi asli melainkan, warga pendatang, tetapi sangat besar akan jasa-jasanya, baik kepada warga setempat, atau warga luar, sehingga ketika bah jenggot meninggal dunia oleh warga setempat dimakamkan di Kampung Pulo Kanayakan.
Semanjak di makomkan sampai saat ini warga menyebutnya makom keramat Pulo Kanayakan.
Menurut keterangan beberapa warga sekitar yang tidak mau disebut namanya, dari dulu sampai saat ini banyak orang orang yang berjiaroh kemakom tersebut, konon katanya, usai berjiaroh sepulangnya banyak yang sukses di berbagai bidang, seperti petani Samimukti, pedagang Sami Sugema, Pangagung Sami Punjul, tetapi semua itu " Wallahu a'lam Bishawab ".
(Ki dalang suhendra )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar